Jomblo Sepertiga Malam

Kau uji dalam penat dan resah yang membuat kegelisahan menghampiri kalbu hingga kepayahan. Berjalan perlahan selangkah demi sebuah jawaban. Allah uji setiap yang sendiri agar menjaga perkataan, perbuatan, keimanan, agar kuat dalam menapaki kehidupan yang membutuhkan pengorbanan.

Jomblo tak akan dapat menghindari kekaguman. Manusia adalah makhluk yang tak dapat menutup segala pandangan karena kedua matanya Tuhan karuniakan untuk misi kesyukuran. Mengisi seluruh waktu dengan bersyukur disepertiga malam, waktu yang indah bermunajat , dimana kita tak sendirian. Tuhan mengundang kita hadir diwaktu itu, ia mendengar segala angan-angan didalam doa-doa yang dipanjatkan, diluar waktu-waktu shalat wajib yang tentunya harus tepat waktu kita laksanakan.

Beruntung jika diberi kesempatan hidup dengan dikaruniakan kesehatan, banyaklah memohon ampunan sebelum tanggung jawab beralih menjadi berduaan. Bukan untuk pacaran saat nafas masih bisa dirasakan dan dihirup secara gratisan, tetapi sujud kepada Tuhan sebagai prioritas kegiatan. Kita diberikan waktu dan kebebasan memohon segala permintaan, bahkan bercerita tentang rasa kekaguman pada seorang manusia, atau memohon ampunan segala kesalahan. Siapa tau Allah karuniakan pasangan , berbonus anak – anak yang akan menjadi peri-peri pelindung disaat kematian. Karena kita sholeh dan sholehah dapat jadi teladan. Saatnya jangan lagi memiliki keraguan, yuk sama-sama sujud bersama dan berterima kasih atas segala pemberian Tuhan.

Jakarta, 3 Mei 2015 I Gilang

Pengagum Rahasia

Pengagum Rahasia

Pengagum Rahasia

Aku tidak sadar mengagumimu, memperhatikanmu, hanya dari kejauhan. Kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Bahkan namamu saja aku tak tahu. Wajahku berseri-seri merah seperti api yang sedang membakar seluruh tubuh.

Mungkin teman-temanku tidak mengetahui, tetapi aku baru sadar Tuhan Maha Mendengar segala apa yang ada didalam hati. Tanpa aku bercerita ia dapat mengetahui apa yang hambanya rasakan. Aku berusaha mengenalmu, tanpa berinteraksi langsung denganmu. Aku berusaha memahamimu dari teman-temanmu, bertanya lebih jauh tentang cara berpikirmu, dan keluargamu. Aku bertanya agar tak salah memahamimu, agar tahu kau masih lajang atau sudah ada yang mengikat jari manismu.

aku beranikan diri berjalan menuju rumahmu, mengetuk pintu perlahan dengan salam dan hormat dengan hati yang dag dig dug tak menentu. Kusiapkan segala apa yang nantinya dalam kunjungan ini diputuskan oleh bapakmu. Ini bukan sekedar menyatakan perasaan tapi ini sebuah bentuk “keseriusan” yang segala kemungkinannya harus aku ikhlaskan.

Mungkin ini sebuah kejutan bagimu. Semuanya tak bisa dijelaskan sebentar, sampai-sampai kau merasa ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan itu. Tapi inilah ketetapan-Nya, aku tak pernah tahu yang tepat itu kapan kecuali kita yang tentukan besok, atau sekarang. Mungkin aku bukan orang baik, atau mungkin baik. Hati kecil bicara,”seberapa jauh kaki melangkah, niat tulus yang ada didalam kalbu ingin melengkapi separuh agamaku bersamamu. Mungkin aku sedang memperbaiki diri, mencoba terus belajar menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari.

Suatu saat, entah besok atau lusa, kita akan tahu menerima seseorang bukan saja berbicara soal kemapanan harta, wajah cantik, atau tampan nan rupawan. Ingatlah manusia tidak ada yang sempurna, kita semestinya melihat niat tulusnya, mengenali siapa teman-temannya, karena yang sering berkumpul dengan penjual minyak wangi akan wangi, akan tetapi yang sering berkumpul dengan pandai besi akan terkena bahaya bara apinya. Bersama dengan siapa lelaki atau wanita itu bergaul, apa saja aktivitas nya, karena Allah akan mempertemukan orang-orang yang baik dengan orang baik dan yang buruk dengan yang buruk pula.

Jakarta, 22 April 2015 | @kanggilang03

Wanita Muslimah Berkacamata

Wanita Muslimah Berkacamata

Wanita Muslimah Berkacamata

Hari minggu pagi yang cerah, aku sedang menunggu seorang teman di masjid dekat rumah.  Terdengar suara klakson mobil ditengah teriknya mentari pagi. Temanku membawa anaknya yang masih berusia 3 tahun menemani kegiatan hari ini. Sedari tadi aku menunggu dua orang wanita yang juga akan berangkat bersama menuju lokasi workshop. Tak sabar kusentuh layar telepon seluler menghubungi salah satu dari kedua wanita itu.

Suaraku tertahan di ujung lidah,menatap wajah seorang wanita berkacamata yang telah berada diluar mobil silver. Cantik wajahnya bagaikan bidadari yang turun dari surga tanpa sayap. Kuperhatikan betul gerak-geriknya, ia tampil menawan dengan jilbab putih yang menghiasi kepalanya. Ia bersama temannya mulai memasuki pintu belakang mobil silver. Anak balita itu jadi sasaran empuk si wanita berkacamata, ia senang sekali memegangi pipi anak balita yang sedang berada dipangkuanku.

Hatiku tak menentu, wajah wanita cerah sekali seperti disorot lampu. Seisi mobil dipenuhi riuh suara gelak tawa balita yang terhibur oleh cerita-cerita lucu wanita kacamata yang pandai sekali memikat balita anak temanku. Mobil nyaris tak bergerak, karena jalan yang kami lalui dipenuhi pedagang dan pembeli yang nyaris memenuhi kanan-kiri isi trotoar jalan. Memasuki UKI kedua wanita ini berkata, “AC nya panas banget ya”.

Sang supir, temanku mengatakan, “Maaf agak panas ya AC belum di service”.

Mereka berdua meminta izin membuka jendela, sebenarnya sudah mulai kehilangan oksigen, he..he…he…Silahkan buka saja kalau memang kepanasan, sambil tertawa mereka membuka jendela. Anak balita kecil dimobil senang sekali melihat pemandangan diluar sana. Ia tak henti-hentinya bertanya itu apa? itu siapa? anak kecil ini lucunya, celetuk wanita berkacamata itu.

Tak lama kemudian kami sampai di lokasi tujuan, ku gendong anak itu, sudah cocok jadi bapak, kata temanku yang merupakan ayahnya, “setuju” ujar wanita berjilbab dengan kacamatanya yang menutupi pipi cubbynya itu. Tak pernah pandanganku melihat wajahnya berseri-seri. Aku baru sadar dia istriku yang seminggu lalu, baru saja dinyatakan mengandung oleh dokter kandungan. Kami berdua ingin sekali memiliki anak yang lucu, pipinya berisi seperti ibunya, dan menggemaskan seperti anak temanku serta tampan seperti ayahnya.

Jakarta, 30 April 2015 I @kanggilang03

Yuk Kita Akad

Yuk Kita AKad

Yuk Kita AKad

Aku tak tahu siapa yang datang lebih dulu kepadamu kecuali langkah ini sampai dihadapanmu. Mendatangimu bukan soal cepat atau lambat, tapi siapa yang tepat, takkan ada yang tahu kecuali aku atau orang lain yang hadir saat akad. Hadirnya waktu yang tepat ialah kehendak Tuhan mengenai siapa yang akan bersama dan siapa yang akan bersatu dalam ikatan cinta

Tuhan seharusnya menjadi tempat kita menitipkan perasaan. Sulit bicara soal siapa yang akan ada disamping kita. Maka Tuhan satu-satunya yang memahami jalan pikiran dan mengetahui segala urusan dan kerumitan. Berjalan perlahan tidak menduga doa – doa yang dulu terlantun, kini lautan manusia yang menjadi saksi tangan ayahmu menggenggam erat sekali.

Aku gugup, keringat dingin membasahi seluruh tubuh dan jantung terasa berdetak tak menentu, cepat sekali. Inikah hadiah dari keteguhanku, menunggu bersabar atas segala ujian yang berkali-kali menguji diri. Tidak bisa dtebak apa yang akan terjadi, karena jodoh sudah diatur olehnya.

Aku tak pernah tahu rencana tuhan seperti ini, mengagumkan. Tak ada yang tahu bahwa kita akan menyatu karena sebelumnya aku tak berani menjejakkan kaki dirumah yang belum sah dihadapanku.Tiada kata yang dapat menjawab pertanyaanku, selain sah dari saksi yang menyeru.

Jodoh yang tepat ialah seseorang yang mendatangimu disaat akad, menemanimu menjawab keraguanmu dihadapa orang tua yang membesarkanmu. Tuhan tak pernah abaikan hambanya yang selalu berdo’a dikala sempit dan lapang dihadapanya.

Hanya satu hal yang perlu diingat tulang rusuk tak akan tertukar, dia akan mencari dan menerima sesuai rencana Tuhannya.Yang indah bukan karena wajah, tapi yang indah ialah ketika mampu menyatakan dengan lantang, keinginannya meminang dan menikahinya. Berkah dan sakinah, mawaddah, dan warrohmah akan mengiringi langkah dua anak manusia yang akan menjalankan sunnah.

Jakarta, 16 April 2015 | @kanggilang03

Ingin Punya AC (Anak Cubby)

ingin punya AC (anak cubby)

ingin punya AC (anak cubby)

Suaraku tertahan di ujung lidah,menatap wajah seorang wanita berkacamata yang berada diluar mobil silver. Cantik … wajahnya elok bagaikan bidadari yang turun dari surga tanpa sayap. Kuperhatikan betul gerak-geriknya yang dihiasi jilbab putih, dia bersama temannya mulai memasuki pintu belakang mobil silver. Bersama seorang teman dan anaknya kami berdua berada di kursi depan, wanita berjilbab berkacamata senang sekali memegangi pipi anak balita yang menempel dipangkuanku.

Hatiku tak menentu, wajah wanita cerah sekali seperti disorot lampu. Seisi mobil dipenuhi suara gelak tawa balita yang terhibur oleh cerita-cerita lucu wanita jilbab biru. Mobil nyaris tak bergerak, karena jalan ke arah PGC dipenuhi pedagang dan pembeli yang nyaris memenuhi isi kanan-kiri isi trotoar jalan. Memasuki UKI kedua wanita ini berkata, “AC nya panas banget ya”.

Sang supir, temanku mengatakan, “Maaf agak panas ya AC belum di service”.

Mereka berdua meminta izin membuka jendela, sebenarnya sudah mulai kehilangan oksigen, he..he…he…Silahkan buka saja kalau memang kepanasan, sambil tertawa mereka membuka jendela. Anak balita kecil dimobil senang sekali melihat pemandangan diluar sana. Ia tak henti-hentinya bertanya itu apa? itu siapa? anak kecil ini lucunya, celetuk wanita berjilbab biru.

Tak lama kemudian kami sampai di lokasi tujuan, ku gendong anak itu, sudah cocok jadi bapak, kata temanku yang merupakan ayahnya, “setuju” ujar wanita berjilbab biru berkacamata itu wajahnya berseri-seri. Aku baru sadar dia istriku yang seminggu lalu, baru saja dinyatakan mengandung oleh dokter kandungan. Kami berdua ingin sekali memiliki anak yang lucu, pipinya berisi, dan menggemaskan seperti anak temanku.

Jakarta, 17 April 2015 I @kanggilang03

Bahagia Melepasnya

Bahagia Melepasnya

Bahagia Melepasnya

Perpisahan adalah sebuah keputusan yang kita pilih untuk berkompromi dengan hati. Bicara kepadanya tentang penuh kesabaran. Sabar untuk menepi dari keadaan yang membingungkan. Dimana kita dihadapkan pada sebuah pilihan bernama perpisahaan.Tidak dapat aku bayangkan perasaanmu yang telah siap menerima kekurangan dan kelebihan, harus pupus karena alasan perpisahan yang hadir diwaktu yang padahal telah kita rancang menuju perjalanan kebahagiaan.

Tidak ada seseorang pun yang menginginkan menunda hari bahagianya, kecuali mempercepat hari bahagianya. Orang tua yang sejatinya telah menyerahkan keputusan kepada dua anak manusia, tiba-tiba mengubah keputusannya. Keputusan yang benar-benar melukai perasaan kedua insan.

Sore semakin menua, singgah sesaat di masjid. Kusampaikan segala rasa yang terbesit didalam jiwa. Aku lepaskan segala permasalahan yang menyita waktu, tenaga, dan pikiran. Walau orang tuamu yang memutuskan ikatan. Akupun membayangkan air matamu pasti berjatuhan.Tetapi suatu saat aku akan berdiri tegap dihadapanmu.Disaat akan ada lelaki yang nanti orang tuamu pilihkan sebagai penggantiku. Aku akan menjaga persahabatan walau bahagia kita telah dipisahkan oleh sebuah keadaan yang tidak kita pernah bayangkan berdua.

Jakarta, 17 April 2015 I @kanggilang03

Raungan Suara Ayam Berkokok Milik Tetangga

Suara Ayam berkokok Melawan Shalat Malam

Suara Ayam berkokok Melawan Shalat Malam

Suara ayam berkokok milik tetangga mengganggu sunyinya malam. Ia seperti memanggil pemiliknya yang sedang tertidur di kasur empuknya. Aku sendiri heran cerewet sekali ayam itu seperti tak tau hari sudah malam.

Aku mampir ke toilet sekedar buang air kecil. Air keran yang dingin coba menggoda untuk segera menyegarkan wajahku. Ah sekaligus saja membasuh air keran yang dingin dengan tertib untuk berwudhu. Segarnya, ayam itu masih saja berkokok bagai kidung malam saja.

Usai sholat malam, aku coba memberanikan diri menyingkap jendela kamar. Hmm… senyap malam itu pecah oleh suara raungan seekor ayam, ternyata ayam tersebut sedang dipotong oleh tetanggaku.

Jakarta, 29 April 2015 I @kanggilang03

Awas ! Ikhwan ini (Bukan) Bujangan

gadeual-quran.blogspot.com

gadeual-quran.blogspot.com

Aku rasanya mulai bosan mendengar kalimat perbincangan itu, ketika aku bertemu teman-teman aktivis dakwah, kapan antum nikah? Ini kalimat provokasi kebaikan yang kadang tujuannya membully para bujangan. Aku diam saja ketika kalimat itu ditujukan padaku, rasanya hal itu privasi sekali untuk aku bicarakan dihadapan kalian. Inikah sensasi jadi aktivis dakwah kalau lagi Mabit, sindirannya selalu mengarah kepada kami, sambil dalam hati aku hanya Aamiinkan kata-kata para seniorku.

Usai tilawah dan kajian mabit malam itu, aku mulai berbaring istirahat sejenak setelah hampir beberapa jam mengikuti kegiatan mabit bulanan. Aku lihat jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, beberap teman-temanku menggunakan malam ini dengan berdiskusi, melanjutkan tilawah, atau sekedar melepas rindu bertemu teman lama di masjid tempat kami mabit.

Aku heran mengapa aku sulit sekali malam itu untuk tidur, ada apa ini? Beberapa lampu mulai dimatikan oleh panitia. Sepertinya tinggal lampu imam yang masih menyala, aku lihat ada seseorang disana yang sedang asyik membaca ayat-ayat sucinya. Aku lihat itu seperti seoang ustadz yang aku kenal, lalu aku ingin sekali aku temui beliau usai tilawah. Aku lihat ruhiyahnya luar biasa menjaga lisannya dengan hal yang manfaat saja. Tapi mataku berat sekali rasanya, hingga perlahan aku pejamkan mataku untuk beristirahat. Tiba-tiba telepon selularku berbunyi, aku lihat nama seorang akhwat dilayar telepon selularku, siapa ya? Istriku ternyata, yang membangunkanku dengan menelponku. Karena aku lihat seorang temanku yang belum menikah jadi teringat kisah masa lalu. Aku baru saja bermimpi ya lah, kirain beneran masih bujangan.

Jakarta, 28 Februari 2015 I Gilang Ramadhan

@kanggilang03

Prosa Mini : Sang Relawan

namidamara.wordpress.com

namidamara.wordpress.com

Aku melihat kesibukan teman-teman relawan dari mataku. Dan aku berpikir banyak kesibukan yang kalian lakukan akan menjadi catatan kebaikan. Jejak – jejak langkah kalian masih tertinggal menghiasi hidup setiap warga yang saat itu sedang kedinginan ditengah air banjir yang mengepung kota itu. Aku merasa mataku masih sulit membayangkan betapa lelahnya kalian wahai sahabatku.

Hari demi hari berganti dikala musibah itu menjadi musibah terparah benacana banjir kota ini. Aku yang hanya membawa nasi-nasi bungkus untuk sarapan warga yang terdiri dari anak-anak kecil, orang tuanya semakin membuatku bersemangat dari lemahnya fisik yang mulai menggelayuti kedua kantong mataku. Tubuhku meminta beristirahat menggoda melalui mataku yang mulai berat, untuk melihat sekelilingku. Ada seorang temanku yaitu budi yang membawakan secangkir kopi kepadaku, dikala fajar mulai datang menandakan adzan subuh segera akan dikumandangkan di ruangan sekolah itu, tempat pengungsian banjir warga kala itu. Sampai-sampai aku mendengar sirine ambulan dari luar halaman sekolah tempat pengungsian.

Aku mulai mendekat ke sebuah ruangan tempat seseorang dikabarkan sakit parah. Dalam benakku aku hanya berkata, inilah alasan mengapa aku ingin menjadi seorang anggota relawan, karena sebuah kepedulian, dan aku tak sanggup melihat kesengsaraan. Karena itu jualah saya bergabung menjadi anggota relawan hanya ingin membantu sesama, sebisa yang saya mampu.

Saat sampai diruangan itu, teman-teman relawan seperti mengeluarkan air matanya layaknya musibah banjir dikala itu. Teman-temanku menyebut nama dalam tangisnya. Ternyata memang ada korban meninggal diruangan pengungsian itu. Saat aku bertanya  kepada temanku, ia berkata, “Aku terserang demam hebat ketika berisitrahat diruangan khusus untuk relawan.”

Jakarta, 14 Januari 2015 I Gilang Ramadhan

@kanggilang03

Prosa Mini : Kelapa Jadi Sarjana

buah-kelapa

Aku ingin menjadi manfaat ketika bernyawa. Aku ingin melihat hari menjadi waktu beramal sepanjang aku diberi nafas olehnya. Aku ingin tinta putih yang menghiasi hidupku didunia, menutupi segala dosa yang aku tak sengaja perbuat kepadanya.

Hari terlewati bersama mobil tua berwarna merah jambu yang diwariskan orang tua. Aku sesekali membetulkan tuas butut untuk mengangkut hasil kebun warisan orang tuaku. Mobil ini warisan penuh sejarah, ia yang mengangkut kelapa dari desa ke kota untuk dijual, membiayai sekolahku hingga sarjana. Mereka berharap anak dan cucunya jadi orang berpendidikan nantinya, menjadi orang terpandang karena ilmu dan agamanya. Aku ingin seperti kelapa buahnya dan batangnya bermanfaat semua, semoga diri tak lupa dari mana asalnya. Karena jika mati hanya seonggok jasad tak bernyawa.

aku mulai diri melekapkan setiap kata dalam ijazah yang jadi saksi keberhasilan di kota menjadi mahasiswa sukses dari sebuah kelapa. Memang mobil itu mulai tua dan tuas itu mulai rusak dimakan usia. Tak sampai hati menjualnya jadi rongsok tak berguna, sekedar membeli bensin untuk pulang ke desa tercinta.

Mungkin kalang dihati, sesak tangis tak terasa berlinang air mata. Orang tua telah tiada sebelum melihat anaknya menjadi sarjana karena sebuah kelapa. Semoga harapan orangtuaku menyekolahkanku tak sia – sia , menjadi manusia terdidik terpandang karena ilmu dan agamanya.

Jakarta, 7 Januari 2015 I Gilang Ramadhan

@kanggilang03